BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Temuan
– temuan dari penelitian perilaku dengan menggunakan observasi , catatan
harian, wawancara dan kuisioner deskripsi pekerjaan. Bab ini meninjau
penelitian menggunakan metode – metode seperti kuisioner deskripsi perilaku,
eksperimen laboratorium dan lapangan, dan kejadian kritis untuk menemukan apa
perbedaan perilaku para pemimpin efektif dibandingkan dengan pemimpin yang
tidak efektif.
Perspektif
tentang perilaku kepemimpinan yang efektif ini dimulai dengan meneliti beberapa
penelitian awal mengenai perilakupemimpin yang dilakukan oleh para psikolog
tahun 1950-an dan 1960-an. Sebagian besar penelitian mengenai perilaku
kepemimpinan selama lima dekade terakhir telah mengikuti pola yang ditetapkan
oleh pelopor program penelitian di Ohio State University dan University of
Michigan. Program ini dan penelitiannya akan diuraikan dengan singkat. Bab ini
juga akan mengulas penelitian yang membahas taksonomi tipe-tipe perilaku
kepemimpinan. Beberapa aspek tugas dan perilaku berorientasi hubungan yang
penting bagi kepemimpinan yang efektif akan dijelaskan pada bab ini.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa perilaku kepemimpinan ?
2. Mengapa tugas dan perilaku hubungan merupakan hal penting
bagi efektivitas kepemimpinan ?
3. Bagaimana cara penggunaan tugas dan perilaku hubungan
yang khusus secara efektif?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Memahami perilaku kepemimpinan dapat dijelaskan baik
dengan kategori luas maupun kategori spesifik.
2. Mengetahui tugas dan perilaku hubungan merupakan hal penting bagi efektivitas
kepemimpinan.
3. Memahami cara penggunaan tugas dan perilaku hubungan yang
khusus secara efektif.
1.4
Manfaat
Penulisan
1. Untuk memberi pengetahuan kepada pembaca tentang Perpektif
Tentang Perilaku Kepemimpinan yang Efektif.
2. Untuk memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah Etika Bisnis.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kepemimpinan
Beberapa
pengertian kepemimpinan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Kepemimpinan
menurut Kartono dalam
bukunya yang berjudul
Pemimpin dan Kepemimpinan (2005.
p95), “Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan teknis serta sosial
pemimpin dalam menerapkan
teori-teori kepemimpinan pada
praktek kehidupan serta organisasi melingkupi konsep-konsep pemikiran
perilaku sehari-jari dan semua peralatan yang dipakainya. Teknik kepemimpinan
dapat juga dirumuskan sebagai cara
bertindaknya pemimpin dengan
bantuan alat-alat fisik
dan macam-macam kemampuan psikis
untuk mewujudkan kepemimpinannya.”
Kepemimpinan
menurut Robbins (2001, p163), “Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi.”
Menurut Slamet,
(2002, p29) “Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses,
atau fungsi pada
umumnya untuk memengaruhi orang-orang
agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Samsudin
(2006, p287) “Kepemimpinan
adalah kemampuan meyakinkan dan
menggerakkan orang lain
agar mau bekerja
sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.”
Jadi dari
pernyataan di atas
dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sebuah kemampuan
untuk memengaruhi orang atau
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dalam
keberhasilan organisasi.
2.2
Perilaku
Perilaku adalah
tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara
lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner,
seperti yang dikutip
oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan
dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus
– Organisme – Respon.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Perilaku
Kepemimpinan
Analisis
faktor terhadap respons – respons kuesioner menunjukkan bahwa para bawahan
memandang perilaku penyelia mereka terutama berdasarkan dua kategori yang
terdefinisi secara luas, yang satu berhubungan dengan tujuan tugas dan yang
lainnya berhubungan dengan hubungan antarpribadi.
1.
Pertimbangan
Pemimpin
bertindak dalam cara yang bersahabat dan mendukung, memperlihatkan perhatian
terhadap bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Contohnya meliputi
melakukan kebaikan kepada bawahan, mendukung atau berjuang bagi bawahan,
berkonsultasi dengan bawahan mengenai hal penting sebelum dilaksanakan,
bersedia menerima saran dari bawahan, dan memperlakukan bawahan sebagai
sesamanya.
2.
Struktur memprakarsai
(initiating structure)
Pemimpin
menentukan dan membuat struktur perannya sendiri dan peran para bawahan ke arah
pencapaian tujuan formal. Contohnya meliputi mengkritik pekerjaan yang buruk,
menekankan pentingnya memenuhi tenggat
waktu, menugaskan bawahan, mempertahankan standar kinerja tertentu, meminta
bawahan untuk mengikuti prosedur standar, dan menawarkan pendekatan baru
terhadap masalah, dan mengkoordinasikan aktivitas para bawahan yang
berbeda-beda.
Pertimbangan
dan struktur memprakarsai menjadi penting untuk menghubungkan kategori-kategori
perilaku yang independen. Ini berarti bahwa beberapa pemimpin mempunyai
pertimbangan yang tinggi dan struktur memprakarsai yang rendah; beberapa
pemimpin tinggi di kedua bidang itu; dan beberapa pemimpin rendah dikeduanya.
Sebagian besar pemimpin barangkali berada dalam jajaran antara nilai yang amat
tinggi dan sangat rendah.
Perilaku Kepemimpinan Efektif
Penelitian
menentukan bahwa tiga jenis perilaku kepemimpinan dapat dibedakan antara para
manajer yang efektif dan manajer tidak efektif. Setiap jenis perilaku dijelaskan
secara
singkat.
1.
Perilaku yang
berorientasi tugas. Para manajer yang efektif tidak menggunakan waktu dan
usahanya dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti para bawahannya.
Sebaliknya, para manajer yang lebih efektif berkonsentrasi pada fungsi0fungsi
yang berorientasi pada tugas yang merencanakan dan mengatur pekerjaan,
mengkoordinasikan kegiatan para bawahan, da menyediakan keperlua, peralatan dan
bantuan teknis yang dibutuhkan.
2.
Perilaku yang Berorientasi
Hubungan. Para manajer yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung, dna
membantu para bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan
yang efektif meliputi memperlihatkan kepercayaan dan rasa dipercaya., bertindak
ramah dan perhatian, berusaha memahami permasalahan bawahan, membantu
mengembangkan bawahan dan memajukan karir mereka, selalu memberi informasi
kepada bawahan, memperlihatkan apresiasi terhadap ide-ide para bawahan, dan
memberikan pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan. Artinya, para
manager menerapkan tujuan dan pedoman umum bagi para bawahan, tetapi memberikan
mereka beberapa otonomi dalam memutuskan cara melakukan pekerjaan dan cara
menentukan kecepatan kerja mereka. Libert menganjurkan agar manajer harus
memperlakukan tiap bawahan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga orang
tersebut akan melihat pengalaman itu sebagai sesuatu yang mendukung dan hal
tersebut akan membangun dan mempertahankan rasa harga diri dan rasa
dipentingkan.
3.
Kepemimpinan
Partisipasif. Para manager yang efektif menggunakan lebih banyak supervisi
kelompok daripada mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan
berkelompok memudahkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan,
memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahan konflik.
Peran manajer dalam pertemuan kelompok yang utama adalah harus memandu diskusi
dan membuatnya mendukung konstruktif, dan berorientasi pada pemecahan masalah.
3.2
Tugas
dan Perilaku Hubungan Bagi Efektifitas Kepemimpinan
Bagian
ini menjelaskan tiga jenis spesifik perilaku yang berorientasi tugas yang
sangat relevan bagi kepemimpinan yang efektif. Perilaku itu meliputi : (1)
merencanakan (2) menjelaskan, dan (3) memantau. Perilaku itu dijelaskan dan
penelitian mengenai setiap jenis perilaku itu ditinjau secara singkat.
Merencanakan Aktivitas Kerja
Merencanakan
berarti memutuskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang
akan melakukannya, dan kapan hal itu akan dilakukan. Tujuan perencanaa adalah
memastikan pengorganisasian yang efektif atas unit kerja, koordinasi aktivitas,
dan penggunaan sumber daya. Merencanakan adalah perilaku yang didefisinikan
dengan luas yang meliputi membuat keputusan tentang tujuan, prioritas,
strategi, organisasi kerja, pemberian tanggung jawab, pembuatan jadwal aktvitas,
dan alokasi sumber daya diantara aktivitas berbeda menurut kepentingan relatif aktivitas
tersebut.
Berikut
adalah pedoman untuk merencanakan tindakan :
1.
Mengidentifikasi
langkah tindakan yang diperlukan.
2.
Mengidentifikasi
urutan optimal atas langkah-langkah tindakan
3.
Memperkirakan waktu
yang dibutuhkan untuk menjalankan setiap langkah tindakan.
4.
Menentukan waktu
memulai dan tenggat waktu untuk setiap langkah tindakan.
5.
Memperkirakan biaya
setiap langkah tindakan.
6.
Menentukan siapa
yang akan bertanggung jawab untuk setiap langkah tindakan.
7.
Menyusun prosedur
untuk kemajuan.
Melakukan Klarifikasi Peran dan
Tujuan
Melakukan klarifikasi merupakan pengkomunikasian
rencana, kebijakan, dan harapan peran. Sub-kategori utama dari melakukan
klarifikasi meliputi : (1) mendefinisikan tanggung jawab dan persyaratan
pekerjaan (2) menetapkan sasaran kinerja, dan (3) memberikan tugas-tugas khusus.
Sangatlah penting agar setiap bawahan memahami
kewajiban, fungsi, dan aktivitas apa yang penting agar setiap bawahan memahami
pekerjaan dan hasil seperti apakah yang diharapkan.
Kebingungan
tersebut merupakan akibat dari usaha yang salah arah dan melalaikan tanggung
jawab yang penting dan justru melakukan hal lain yang kurang atau tidak terlalu
penting. Makin rumit dan makin banyak seginya sebuah pekerjaan, maka makin
sulit untuk menemukan apa yang harus dilakukan.
3.3
Jenis
Tugas dan Perilaku Hubungan Khusus
Ada
3 jenis khusus perilaku yang berorientasi hubungan yang sangat relevan bagi
kepemimpinan efektif yaitu:
·
Memberikan dukungan
Beberapa panduan
untuk memberi dukungan antara lain:
a.
Perlihatkan penerimaan
dan pandangan yang positif
b. Berkelakuanlah
sopan penuh perhatian, tidak arogan dan kasar.
c.
Perlakukan setiap
bawahan sebagai manusia atau individu.
d. Bersabar
dan selalu beri bantuan ketika memberi instruksi atau penjelasan.
e.
Berikan simpati dan
beri dukungan ketika bawahan gelisah atau kesal.
·
Mengembangkan
Mengembangkan
meliputi beberapa praktik manajerial yang digunakan untuk meningkatkan
ketrampilan seseorang dan memudahkan penyesuaian pekerjaan dan kemajuan karier.
Perilaku komponen meliputi pelatihan (coaching), memberikan nasehat
(mentoring), dan konseling karier. Beberapa panduan untuk pelatihan (coaching)
adalah:
a.
Bantu orang menganalisa
kinerjanya dengan memberikan pertanyaan atau menyarankan aspek- aspek untuk
mengujinya lebih teliti.
b. Berikan
umpan balik yang konstruktif tentang perilaku efektif dan tidak efektif yang
diperlihatkan oleh orang tersebut.
c.
Sarankan hal- hal
tertentu yang dapat membantu meningkatkan kinerja orang tersebut.
d. Perlihatkan
cara yang lebih baik untuk melakukan tugasatau prosedur yang rumit.
e.
Nyatakan kepercayaan
bahwa orang tersebut dapat mempelajari tugas atau prosedur yang sulit.
Ada juga beberapa panduan untuk memberikan nasehat
(mentoring) yaitu:
a.
Perlihatkan perhatian
atas perkembangan setiap orang.
b. Bantulah
orang tersebut mengidentifikasi kekurangan ketrampilan.
c.
Bantulah orang tersebut
menemukan cara cara untuk mendapatkan ketrampilan yang diperlukan.
d. Doronglah
kehadiran pada kursus pelatihan yang relevan.
e.
Berikan kesempatan
untuk pengembangan ketrampilan dalam pekerjaan.
·
Memberikan pengakuan
Tiga bentuk utama pengakuan yaitu pujian,
penghargaan, dan upacara pengakuan. Pujian terdiri dari komentar lisan,
ekspresi, atau bahasa tubuh yang mengakui keberhasilan dan kontribusi
seseorang. Ini merupakan bentuk pengakuan yang paling mudah digunakan.
Penghargaan meliputi hal- hal seperti
sertifikat keberhasilan, surat penghargaan, plakat, tropi, medali, atau pita
penghargaan.
Upacara pengakuan memastikan bahwa
keberhasilan seseorang diakui bukan hanya oleh manajer tetapi juga oleh anggota
lain organisasi itu. Upacara pengakuan dapat digunakan untuk merayakan
keberhasilan unit kerja atau tim serta keberhasilan seseorang.
Contoh Kasus
Kasus kepemimpinan yang akan saya
bahas kali ini adalah studi kasus tentang kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati.
SMI lahir di Bandar Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum
menjabat sebagai Menteri Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri
Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat
Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, Sri Mulyani
ditunjuk menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008,
ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah
Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada
tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang hangat
diperbincangkan berkaitan dengan kasus Bank Century. Di tengah penyelidikan kasus tersebut tiba-tiba Bank
Dunia menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya
perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang
membawahi 70 lebih negara.
SMI berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang
pembangunan ekonomi dan good governance. Salah satunya ialah
keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di Departemen Keuangan melalui
terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal departemen, upaya itu
sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal yang lebih baik
di masa depan. SMI juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari
pajak selama kepemimpinannya. Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah
jumlah pemegang nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy
diyakini juga tidak terlepas dari perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal
bagi beberapa sektor dan komoditas yang berpotensi ekspor ataupun menyerap
tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang dihasilkan dalam rangka menjadikan
pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. SMI juga
berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah melalui desentralisasi
fiskal dan juga bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan
anggaran. Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada daerah-daerah
yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD
ataupun kegagalan dalam mengelola DAK.
Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian
keuangan yang dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang di
kancah internasional. Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi
baik dengan negara-negara maju maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam
forum G-20. Ada beberapa forum dalam lingkup G-20 yang merupakan hasil
inisiatif Indonesia dan didorong oleh prakarsa Sri Mulyani, seperti forum Bali
Dialogue of Climate Change.
Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia
adalah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus. SMI
dengan tegas, berani mereformasi seluruh struktur keoorganisasian yang menjadi
inti unit kerja di kementerian keuangan dan membuat banyak
terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya
keputusan menyelamatkan Bank Century. Sri Mulyani dinilai mampu
menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di
dunia hingga mampu melampaui krisis. “Di dalam pengelolaan ekonomi, Indonesia
diakui mengalami banyak kemajuan, baik itu ekonomi makro maupun dari sektor
riil. Baik dari indikator-indikator yang mudah dilihat maupun yang relative
susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi,” kata Sri
Mulyani. “Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian
Keuangan,” tambahnya lagi.
Kalangan ekonom menilai pengunduran diri SMI
sebagai Menteri Keuangan menyusul posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank
Dunia merupakan solusi terbaik di tengah tekanan poltik mengenai kasus Bank
Century, kerja keras SMI didukung oleh para pegawainya. Dalam kebijakan fiskal
di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan reformasi
jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan intesifikasi dan
ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi governence
tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakan-tindakan yang tidak
baik dari fiskus maupun wajib pajak. Di bidang perbendaharaan, sudah
banyak reformasi yang dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga
akan ada percepatan treasury function, pelayanan yang baik mulai dari
penggunaan anggaran, pengelolaannya dan juga reportingnya.
Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan
sekaligus pemimpin transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika
kerjanya dan memiliki integritas yang kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin
yang bersih dari faktor KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia berani
mengambil resiko, melawan arus birokrasi yang ada yang sudah berjalan
bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara melakukan pembaharuan dan
reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan departemen terkait
lainnya, seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra KKN.
SMI juga menerapkan sistem reward dan punishment untuk memacu proses
reformasi birokrasi (misal; menaikkan pendapatan pegawai departemen
keuangan tetapi menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong
setiap daerah agar menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas
ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan
bila kemudian dia mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas
prestasinya memimpin departemen keuangan dan sebagai mentri koordinator
perekonomian sebagai mentri keuangan terbaik Asia tahun 2006, dan beberapa
penghargaan internasional lainnya yang sangat membanggakan bangsa Indonesia.
SMI menjalankan gaya kepemimpinan yang transaksional dan
transformasional pada saat yang bersamaan selama masa kepemimpinannya.
Kepemimpinan transaksionalnya terlihat pada saat dia menekankan agar
pegawainya bersikap terbuka, akuntabel dan melayani publik dan dia juga
memberikan peningkatan remunerasi sebagai imbalannya, sedangkan untuk
kepemimpinan transformasionalnya saat dia melakukan pembaharuan dan reformasi
birokrasi didepartemen-departemen yang dipimpinnya, dia memberikan contoh
tentang apa yang harus dilakukan, dia mendorong agar anak buahnya menjadi lebih
baik dan bertransformasi meninggalkan citra yang buruk, dia menginspirasi orang
banyak untuk mempertahankan inegritas dan etika yang baik sebagai pejabat
publik.
SMI juga telah membuktikan bahwa dia mempunyai
kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai pemimpin yang efektif; seperti
berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani membuat
tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan rewards dan punishment,
membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang diharapkan, dan
bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak lagi
kualitas lainnya. Dari segi kompetensi inti atau skill, SMI memiliki
intelektualitas dan pengalaman dibidang perekonomian dan dunia internasional
yang sangat baik bahkan diakui oleh pihak internasional serta memiliki
kemampuan konseptual yang baik.
Kesimpulan :
SMI adalah salah satu wanita dengan gaya kepemimpinan yang
baik. SMI memiliki integritas dan kualitas yang mampu membawanya hingga ke Bank
Dunia. Dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya, SMI mampu menjadi pemimpin
yang berkualitas dan juga disegani oleh para bawahannya. SMI memenuhi beberapa
teori kepemimpinan yang ada, yaitu :
Trait Theory:
Pemimpin memiliki ciri-ciri kepribadian & karaktek yang
berbeda dengan orang kebanyakan.SMI memiliki karakteristik yang kuat, tegas dan
juga kharismatik yang banyak membuat orang lain berdecak kagum melihat berbagai
prestasinya di bidang ekonomi.
Situational Theory:
Kepemimpian dipengaruhi oleh situasi dimana faktor-faktor
tertentu dari situasi menentukan ciri-ciri pemimpin yang sesuai untuk situasi
tersebut. SMI mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang bijak dan cerdas
yang membuatnya di segani oleh bawahannnya dan juga tokoh lain di bidang yang
sama dengannya.
Saran :
jadilah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga
tulus, mempunyai kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai pemimpin yang efektif;
seperti berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani
membuat tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan rewards
dan punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang
diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih
banyak lagi kualitas lainnya