Halaman

Pages

Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Laman

Selasa, 01 Oktober 2013

KEPEMIMPINAN PERSPEKTIF TENTANG PERILAKU KEPEMIMPINAN EFEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Temuan – temuan dari penelitian perilaku dengan menggunakan observasi , catatan harian, wawancara dan kuisioner deskripsi pekerjaan. Bab ini meninjau penelitian menggunakan metode – metode seperti kuisioner deskripsi perilaku, eksperimen laboratorium dan lapangan, dan kejadian kritis untuk menemukan apa perbedaan perilaku para pemimpin efektif dibandingkan dengan pemimpin yang tidak efektif.
Perspektif tentang perilaku kepemimpinan yang efektif ini dimulai dengan meneliti beberapa penelitian awal mengenai perilakupemimpin yang dilakukan oleh para psikolog tahun 1950-an dan 1960-an. Sebagian besar penelitian mengenai perilaku kepemimpinan selama lima dekade terakhir telah mengikuti pola yang ditetapkan oleh pelopor program penelitian di Ohio State University dan University of Michigan. Program ini dan penelitiannya akan diuraikan dengan singkat. Bab ini juga akan mengulas penelitian yang membahas taksonomi tipe-tipe perilaku kepemimpinan. Beberapa aspek tugas dan perilaku berorientasi hubungan yang penting bagi kepemimpinan yang efektif akan dijelaskan pada bab ini.
1.2        Rumusan Masalah
1.       Apa perilaku kepemimpinan ?
2.       Mengapa tugas dan perilaku hubungan merupakan hal penting bagi efektivitas kepemimpinan ?
3.       Bagaimana cara penggunaan tugas dan perilaku hubungan yang khusus secara efektif?
1.3        Tujuan Penulisan
1.       Memahami perilaku kepemimpinan dapat dijelaskan baik dengan kategori luas maupun kategori spesifik.
2.       Mengetahui tugas dan perilaku hubungan merupakan hal penting bagi efektivitas kepemimpinan.
3.       Memahami cara penggunaan tugas dan perilaku hubungan yang khusus secara efektif.


1.4        Manfaat Penulisan
1.     Untuk memberi pengetahuan kepada pembaca tentang Perpektif Tentang Perilaku Kepemimpinan yang Efektif.
2.     Untuk memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah Etika Bisnis.




















BAB II
LANDASAN TEORI
2.1        Kepemimpinan
Beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Kepemimpinan menurut  Kartono  dalam  bukunya  yang  berjudul  Pemimpin  dan Kepemimpinan (2005. p95), “Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan teknis serta  sosial  pemimpin  dalam  menerapkan  teori-teori  kepemimpinan  pada  praktek kehidupan serta organisasi melingkupi konsep-konsep pemikiran perilaku sehari-jari dan semua peralatan yang dipakainya. Teknik kepemimpinan dapat juga dirumuskan sebagai cara  bertindaknya  pemimpin  dengan  bantuan  alat-alat  fisik  dan  macam-macam kemampuan psikis untuk mewujudkan kepemimpinannya.”
Kepemimpinan menurut Robbins (2001, p163), “Kepemimpinan merupakan  titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi.”
Menurut  Slamet,  (2002,  p29)  “Kepemimpinan  adalah  kemampuan  untuk memengaruhi  suatu kelompok untuk mencapai  tujuan. Kepemimpinan merupakan  suatu kemampuan,  proses,  atau  fungsi  pada  umumnya  untuk memengaruhi  orang-orang  agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.
Menurut  Samsudin  (2006,  p287)  “Kepemimpinan  adalah  kemampuan meyakinkan  dan  menggerakkan  orang  lain  agar  mau  bekerja  sama  di  bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Jadi  dari  pernyataan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  kepemimpinan  adalah sebuah  kemampuan  untuk memengaruhi  orang  atau  kelompok  tertentu  untuk mencapai tujuan tertentu dalam keberhasilan organisasi.
2.2        Perilaku
Perilaku  adalah  tindakan  atau  aktivitas  dari  manusia  itu sendiri  yang mempunyai  bentangan  yang  sangat  luas  antara  lain  : berjalan,  berbicara,  menangis,  tertawa,  bekerja,  kuliah,  menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang  dimaksud  perilaku  manusia  adalah  semua  kegiatan  atau aktivitas manusia,  baik  yang  diamati  langsung, maupun  yang  tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Menurut  Skinner,  seperti  yang  dikutip  oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan  bahwa  perilaku merupakan  respon  atau  reaksi seseorang  terhadap  stimulus atau  rangsangan dari  luar. Oleh karena perilaku  ini  terjadi  melalui  proses  adanya  stimulus  terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner  ini  disebut  teori  “S-O-R”  atau  Stimulus  –  Organisme  – Respon.





















BAB III
PEMBAHASAN
3.1        Perilaku Kepemimpinan
Analisis faktor terhadap respons – respons kuesioner menunjukkan bahwa para bawahan memandang perilaku penyelia mereka terutama berdasarkan dua kategori yang terdefinisi secara luas, yang satu berhubungan dengan tujuan tugas dan yang lainnya berhubungan dengan hubungan antarpribadi.
1.           Pertimbangan
Pemimpin bertindak dalam cara yang bersahabat dan mendukung, memperlihatkan perhatian terhadap bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Contohnya meliputi melakukan kebaikan kepada bawahan, mendukung atau berjuang bagi bawahan, berkonsultasi dengan bawahan mengenai hal penting sebelum dilaksanakan, bersedia menerima saran dari bawahan, dan memperlakukan bawahan sebagai sesamanya.
2.           Struktur memprakarsai (initiating structure)
Pemimpin menentukan dan membuat struktur perannya sendiri dan peran para bawahan ke arah pencapaian tujuan formal. Contohnya meliputi mengkritik pekerjaan yang buruk, menekankan pentingnya memenuhi  tenggat waktu, menugaskan bawahan, mempertahankan standar kinerja tertentu, meminta bawahan untuk mengikuti prosedur standar, dan menawarkan pendekatan baru terhadap masalah, dan mengkoordinasikan aktivitas para bawahan yang berbeda-beda.
Pertimbangan dan struktur memprakarsai menjadi penting untuk menghubungkan kategori-kategori perilaku yang independen. Ini berarti bahwa beberapa pemimpin mempunyai pertimbangan yang tinggi dan struktur memprakarsai yang rendah; beberapa pemimpin tinggi di kedua bidang itu; dan beberapa pemimpin rendah dikeduanya. Sebagian besar pemimpin barangkali berada dalam jajaran antara nilai yang amat tinggi dan sangat rendah.
Perilaku Kepemimpinan Efektif
Penelitian menentukan bahwa tiga jenis perilaku kepemimpinan dapat dibedakan antara para manajer yang efektif dan manajer tidak efektif. Setiap jenis perilaku dijelaskan secara singkat.
1.           Perilaku yang berorientasi tugas. Para manajer yang efektif tidak menggunakan waktu dan usahanya dengan melakukan pekerjaan yang sama seperti para bawahannya. Sebaliknya, para manajer yang lebih efektif berkonsentrasi pada fungsi0fungsi yang berorientasi pada tugas yang merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengkoordinasikan kegiatan para bawahan, da menyediakan keperlua, peralatan dan bantuan teknis yang dibutuhkan.
2.           Perilaku yang Berorientasi Hubungan. Para manajer yang efektif lebih penuh perhatian, mendukung, dna membantu para bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang efektif meliputi memperlihatkan kepercayaan dan rasa dipercaya., bertindak ramah dan perhatian, berusaha memahami permasalahan bawahan, membantu mengembangkan bawahan dan memajukan karir mereka, selalu memberi informasi kepada bawahan, memperlihatkan apresiasi terhadap ide-ide para bawahan, dan memberikan pengakuan atas kontribusi dan keberhasilan bawahan. Artinya, para manager menerapkan tujuan dan pedoman umum bagi para bawahan, tetapi memberikan mereka beberapa otonomi dalam memutuskan cara melakukan pekerjaan dan cara menentukan kecepatan kerja mereka. Libert menganjurkan agar manajer harus memperlakukan tiap bawahan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga orang tersebut akan melihat pengalaman itu sebagai sesuatu yang mendukung dan hal tersebut akan membangun dan mempertahankan rasa harga diri dan rasa dipentingkan.
3.           Kepemimpinan Partisipasif. Para manager yang efektif menggunakan lebih banyak supervisi kelompok daripada mengendalikan tiap bawahan sendiri-sendiri. Pertemuan berkelompok memudahkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahan konflik. Peran manajer dalam pertemuan kelompok yang utama adalah harus memandu diskusi dan membuatnya mendukung konstruktif, dan berorientasi pada pemecahan masalah.
3.2        Tugas dan Perilaku Hubungan Bagi Efektifitas Kepemimpinan
Bagian ini menjelaskan tiga jenis spesifik perilaku yang berorientasi tugas yang sangat relevan bagi kepemimpinan yang efektif. Perilaku itu meliputi : (1) merencanakan (2) menjelaskan, dan (3) memantau. Perilaku itu dijelaskan dan penelitian mengenai setiap jenis perilaku itu ditinjau secara singkat.

Merencanakan Aktivitas Kerja
Merencanakan berarti memutuskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang akan melakukannya, dan kapan hal itu akan dilakukan. Tujuan perencanaa adalah memastikan pengorganisasian yang efektif atas unit kerja, koordinasi aktivitas, dan penggunaan sumber daya. Merencanakan adalah perilaku yang didefisinikan dengan luas yang meliputi membuat keputusan tentang tujuan, prioritas, strategi, organisasi kerja, pemberian tanggung jawab, pembuatan jadwal aktvitas, dan alokasi sumber daya diantara aktivitas berbeda menurut kepentingan relatif aktivitas tersebut.
Berikut adalah pedoman untuk merencanakan tindakan :
1.           Mengidentifikasi langkah tindakan yang diperlukan.
2.           Mengidentifikasi urutan optimal atas langkah-langkah tindakan
3.           Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan setiap langkah tindakan.
4.           Menentukan waktu memulai dan tenggat waktu untuk setiap langkah tindakan.
5.           Memperkirakan biaya setiap langkah tindakan.
6.           Menentukan siapa yang akan bertanggung jawab untuk setiap langkah tindakan.
7.           Menyusun prosedur untuk kemajuan.
Melakukan Klarifikasi Peran dan Tujuan
Melakukan klarifikasi merupakan pengkomunikasian rencana, kebijakan, dan harapan peran. Sub-kategori utama dari melakukan klarifikasi meliputi : (1) mendefinisikan tanggung jawab dan persyaratan pekerjaan (2) menetapkan sasaran kinerja, dan (3)  memberikan tugas-tugas khusus.
Sangatlah penting agar setiap bawahan memahami kewajiban, fungsi, dan aktivitas apa yang penting agar setiap bawahan memahami pekerjaan dan hasil seperti apakah yang diharapkan.
Kebingungan tersebut merupakan akibat dari usaha yang salah arah dan melalaikan tanggung jawab yang penting dan justru melakukan hal lain yang kurang atau tidak terlalu penting. Makin rumit dan makin banyak seginya sebuah pekerjaan, maka makin sulit untuk menemukan apa yang harus dilakukan.


3.3        Jenis Tugas dan Perilaku Hubungan Khusus
Ada 3 jenis khusus perilaku yang berorientasi hubungan yang sangat relevan bagi kepemimpinan efektif yaitu:
·             Memberikan dukungan
Beberapa panduan untuk memberi dukungan antara lain:
a.        Perlihatkan penerimaan dan pandangan yang positif
b.       Berkelakuanlah sopan penuh perhatian, tidak arogan dan kasar.
c.        Perlakukan setiap bawahan sebagai manusia atau individu.
d.       Bersabar dan selalu beri bantuan ketika memberi instruksi atau penjelasan.
e.        Berikan simpati dan beri dukungan ketika bawahan gelisah atau kesal.
·             Mengembangkan
Mengembangkan meliputi beberapa praktik manajerial yang digunakan untuk meningkatkan ketrampilan seseorang dan memudahkan penyesuaian pekerjaan dan kemajuan karier. Perilaku komponen meliputi pelatihan (coaching), memberikan nasehat (mentoring), dan konseling karier. Beberapa panduan untuk pelatihan (coaching) adalah:
a.        Bantu orang menganalisa kinerjanya dengan memberikan pertanyaan atau menyarankan aspek- aspek untuk mengujinya lebih teliti.
b.       Berikan umpan balik yang konstruktif tentang perilaku efektif dan tidak efektif yang diperlihatkan oleh orang tersebut.
c.        Sarankan hal- hal tertentu yang dapat membantu meningkatkan kinerja orang tersebut.
d.       Perlihatkan cara yang lebih baik untuk melakukan tugasatau prosedur yang rumit.
e.        Nyatakan kepercayaan bahwa orang tersebut dapat mempelajari tugas atau prosedur yang sulit.
Ada juga beberapa panduan untuk memberikan nasehat (mentoring) yaitu:
a.        Perlihatkan perhatian atas perkembangan setiap orang.
b.       Bantulah orang tersebut mengidentifikasi kekurangan ketrampilan.
c.        Bantulah orang tersebut menemukan cara cara untuk mendapatkan ketrampilan yang diperlukan.
d.       Doronglah kehadiran pada kursus pelatihan yang relevan.
e.        Berikan kesempatan untuk pengembangan ketrampilan dalam pekerjaan.
·             Memberikan pengakuan
Tiga bentuk utama pengakuan yaitu pujian, penghargaan, dan upacara pengakuan. Pujian terdiri dari komentar lisan, ekspresi, atau bahasa tubuh yang mengakui keberhasilan dan kontribusi seseorang. Ini merupakan bentuk pengakuan yang paling mudah digunakan.
Penghargaan meliputi hal- hal seperti sertifikat keberhasilan, surat penghargaan, plakat, tropi, medali, atau pita penghargaan.
Upacara pengakuan memastikan bahwa keberhasilan seseorang diakui bukan hanya oleh manajer tetapi juga oleh anggota lain organisasi itu. Upacara pengakuan dapat digunakan untuk merayakan keberhasilan unit kerja atau tim serta keberhasilan seseorang.















Contoh Kasus
Kasus kepemimpinan yang akan saya bahas kali ini adalah studi kasus tentang kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati.

SMI lahir di Bandar Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum menjabat sebagai Menteri Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang hangat diperbincangkan berkaitan dengan kasus Bank Century. Di tengah penyelidikan kasus tersebut tiba-tiba Bank Dunia menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang membawahi 70 lebih negara.
SMI berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang pembangunan ekonomi dan good governance. Salah satunya ialah keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di Departemen Keuangan melalui terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal departemen, upaya itu sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal yang lebih baik di masa depan. SMI  juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari pajak selama kepemimpinannya. Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy diyakini juga tidak terlepas dari perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang berpotensi ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang dihasilkan dalam rangka menjadikan pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. SMI juga berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah melalui desentralisasi fiskal dan juga bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran.  Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD ataupun kegagalan dalam mengelola DAK.
Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian keuangan yang dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang di kancah internasional. Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi baik dengan negara-negara maju maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam forum G-20.  Ada beberapa forum dalam lingkup G-20 yang merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh prakarsa Sri Mulyani, seperti forum Bali Dialogue of Climate Change.
Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia adalah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus.  SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh struktur keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan   membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya keputusan menyelamatkan Bank Century.  Sri Mulyani dinilai mampu menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia hingga mampu melampaui krisis. “Di dalam pengelolaan ekonomi, Indonesia diakui mengalami banyak kemajuan, baik itu ekonomi makro maupun dari sektor riil. Baik dari indikator-indikator yang mudah dilihat maupun yang relative susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi,” kata Sri Mulyani. “Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian Keuangan,” tambahnya lagi.
Kalangan ekonom menilai pengunduran diri  SMI  sebagai Menteri Keuangan menyusul posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank Dunia merupakan solusi terbaik di tengah tekanan poltik mengenai kasus Bank Century, kerja keras SMI didukung oleh para pegawainya. Dalam kebijakan fiskal di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan reformasi jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan intesifikasi dan ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi governence tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakan-tindakan yang tidak baik dari fiskus maupun wajib pajak. Di bidang perbendaharaan, sudah banyak reformasi yang dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga akan ada percepatan treasury function, pelayanan yang baik mulai dari penggunaan anggaran, pengelolaannya dan juga reportingnya.
Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan sekaligus pemimpin transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika kerjanya dan memiliki integritas yang kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi yang ada yang sudah berjalan bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara melakukan pembaharuan dan reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan departemen terkait lainnya, seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra KKN. SMI juga menerapkan sistem reward dan punishment untuk memacu proses reformasi birokrasi  (misal; menaikkan pendapatan pegawai departemen keuangan tetapi menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong setiap daerah agar menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan bila kemudian dia mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas prestasinya memimpin departemen keuangan dan sebagai mentri koordinator perekonomian sebagai mentri keuangan terbaik Asia tahun 2006, dan beberapa penghargaan internasional lainnya yang sangat membanggakan bangsa Indonesia.
SMI menjalankan gaya kepemimpinan yang transaksional dan transformasional pada saat yang bersamaan selama masa kepemimpinannya. Kepemimpinan transaksionalnya terlihat pada saat dia menekankan agar  pegawainya bersikap terbuka, akuntabel dan melayani publik dan dia juga memberikan peningkatan remunerasi sebagai imbalannya, sedangkan untuk kepemimpinan transformasionalnya saat dia melakukan pembaharuan dan reformasi birokrasi didepartemen-departemen yang dipimpinnya, dia memberikan contoh tentang apa yang harus dilakukan, dia mendorong agar anak buahnya menjadi lebih baik dan bertransformasi meninggalkan citra yang buruk, dia menginspirasi orang banyak untuk mempertahankan inegritas dan etika yang baik sebagai pejabat publik.
SMI juga telah membuktikan bahwa dia mempunyai kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai pemimpin yang efektif; seperti berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani membuat tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan rewards dan punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak lagi kualitas lainnya. Dari segi kompetensi inti atau skill, SMI memiliki intelektualitas dan pengalaman dibidang perekonomian dan dunia internasional yang sangat baik bahkan diakui oleh pihak internasional serta memiliki kemampuan konseptual yang baik.

Kesimpulan :
SMI adalah salah satu wanita dengan gaya kepemimpinan yang baik. SMI memiliki integritas dan kualitas yang mampu membawanya hingga ke Bank Dunia. Dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya, SMI mampu menjadi pemimpin yang berkualitas dan juga disegani oleh para bawahannya. SMI memenuhi beberapa teori kepemimpinan yang ada, yaitu :



Trait Theory:
Pemimpin memiliki ciri-ciri kepribadian & karaktek yang berbeda dengan orang kebanyakan.SMI memiliki karakteristik yang kuat, tegas dan juga kharismatik yang banyak membuat orang lain berdecak kagum melihat berbagai prestasinya di bidang ekonomi.

Situational Theory:
Kepemimpian dipengaruhi oleh situasi dimana faktor-faktor tertentu dari situasi menentukan ciri-ciri pemimpin yang sesuai untuk situasi tersebut. SMI mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang bijak dan cerdas yang membuatnya di segani oleh bawahannnya dan juga tokoh lain di bidang yang sama dengannya.

Saran :

jadilah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus, mempunyai kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai pemimpin yang efektif; seperti berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani membuat tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan rewards dan punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak lagi kualitas lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar