Disusun Oleh
Agi
Andrianto (11-311-029)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2012
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat
Allah SWT atas segala kehendak dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu terutama Bapak Drs. Kasmiruddin, M.Si selaku dosen pengajar.
Kami menyadari, tugas ini jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan wawaasan yang di miliki oleh kami
sebagai penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang besifat membangun,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.Kami mengharapkan semoga tugas
ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang
Kelompok Kerja Dan Komunikasi dalam Organisasi.
semoga Allah SWT melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
BAB
II PEMBAHASAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi
dan sosial budaya mendorong perkembangan berbagai aspek kehidupan manusia
diantaranya dalam berkumpul dan hidup berkelompok. Sebagai suatu bentuk
kumpulan manusia dengan ikatan-ikatan tertentu atau syarat-syarat tertentu,
maka organisasi telah pula berkembang dalam berbagai aspek termasuk ukuran dan
kompleksitas.
Semakin besar ukuran suatu organisasi
semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut
berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi,
kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang dan
sebagainya. Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia.
Seperti kita ketahui bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat
diidentifikasi pula berbagai kompleksitas seperti kompleksitas jabatan,
kompleksitas tugas, kompleksitas kedudukan dan status, kompleksitas hak dan
wewenang dan lain-lain.
Kompleksitas ini dapat merupakan
sumber potensial untuk timbulnya konflik dalam organisasi, terutama konflik
yang berasal dari sumber daya manusia, dimana dengan berbagai latar belakang
yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi
mereka dalam bekerja.
Seorang pimpinan yang ingin memajukan
organisasinya, harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya
konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan
konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok. Pemahaman faktor-faktor
tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik
yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif.
BAB
II
PEMBAHASAN
Kelompok
Kerja dan Komunikasi Dalam Organisasi
Kelompok Kerja
Definisi Kelompok yang disusun oleh
organisasi dengan tujuan untuk menjalankan berbagai pekerjaanyang terkait
dengan pencapaian tujuan organisasi.
Karakteristik : merupakan kumpulan yang
beranggotakan orang-orang yang berbeda adanya interaksi di antara kumpulan
orang tersebut adanya tujuan bersama yang ingin dicapai
1.Kelompok Kerja Formal Adalah
kelompok kerja yang disebut atau disusun secara resmi oleh manajer di
manakelompok kerja tersebut diberikan tugas dan pekerjaan yang terkait dengan
pencapaian tujuanorganisasi. Macam-macam kelompok kerja formal :
a.Kelompok Kerja Langsung Merupakan
kelompok kerja yang disusun oleh manajer dan beranggotakan beberapaorang
bawahan yang berada di bagian di mana manajer tersebut ditugaskan.
b.Kepanitiaan Adalah kelompok
kerja yang disusun oleh manajer dan beranggotakan beberapa orang yang bias
berasal dari bagian yang sama.
c.Kelompok Kerja Temporal / Khusus Adalah
Kelompok kerja yang disusun untuk kepentingan-kepentingan khusus
yang bersifat sementara.
2.Kelompok Kerja Informal Adalah
kelompok kerja disusun atau tersusun dengan sendirinya ketika beberapa anggota
dariorganisasi yang kegiatan biasanya tidak terkait langsung dengan
rencana-rencana rutin dariorganisasi
Tujuan Dibentuknya kelompok kerja informal.
Untuk memelihara dan memperkuat
perilaku positif dari para anggota
Untuk menciptakan dan memelihara
interaksi sesame anggota.
Untuk membantu para anggota agar
dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dalam bentuk informal dan
fleksibel.
Untuk membantu manajer dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang mungkin dalam kondisi formal tidak dapat
diselesaikan
Tahapan Dalam Pembentukan dan Interaksi
Tim Kerja
Menurut BW Tuckman yang dikutip
dari Stoner, Freeman dan Gilbert :
1.Pembentukan ( forming )
2.Penguatan ( storming )
3.Penyesuaian (norming )
4.Perwujudan ( performing)
5.Penilaian (adjourning)
Solidaritas dan Integritas
Dalam Kelompok Kerja (Cohesiveness)
Solidaritas dan integirtas dalam
kelompok kerja adalah tingkat kekompakan dan rasa memiliki,serta pandangan
positif para anggota kelompok terhadap kelompok mereka sendiri. Solidaritas
danintegritas dalam kelompok kerja akan menentukan sampai sejauh mana kelompok
kerja dapatmenjalankan fungsinya dalam pencapaian tujuan. Tiga cara untuk
mewujudkan tingkat solidaritas danintegritas yang tinggi :
1.Memperkenalkan kompetisi atau
persaingan antarkelompok kerja dalam pengertian positif.
2.Meningkatkan tingkat interaksi
antarnaggota dalam kelompok kerja.
3.Mengangkat isu bersama berupa tujuan
atau target-target yang harus dicapai bersama.
Mewujudkan Kelompok Kerja
Efektif Hal-hal yang harus diperhatikan agar kelompok kerja dapat berjalan
secara lebih efektif adalahsebagai berikut :
Tujuan dari pembentukan kelompok
kerja hendaknya benar-benar jelas sehingga para anggotadapat mengenali secara
jelas apa yang menjadi tujuan dari kelompok
. Peran serta pembagian kerja dari
setiap anggota kelompok kerja perlu juga diperjelas. Artinya,struktur tugas
atau pekerjaannya perlu disusun secara jelas.
Jumlah anggota yang optimal dalam
seuah kelompok kerja perlu ditentukan.
Pemimpin dari kelompok kerja perlu
juga ditentukan atas dasar kapabilitasnya di kelompok kerja tersebut.
Seluruh sumber daya yang diperlukan
hendaknya tersedia, terdistribusi secara merata sesuaidengan struktur tugas
yang telah ditentukan.
Norma-norma perlu disepakati sebelum
pekerjaan dilakukan, yaitu sesaat setelah kelompok kerja baru terbentuk
atau tersusun.
Jadwal kerja perlu disusun secara
spesifik dan disusun bersama seluruh anggota kelompok kerja agar rasa
memiliki dan tanggung jawab dari seluruh anggota dapat diandalkan.
Perlu diadakan momentum-momentum
formal maupun informal untuk lebih memperkuatsolidaritas dan integritas sesame
anggota.
Fokuskan setiap kejadian pada
kinerja kelompok kerja, bukan pada personality dari para
anggota.
2.1 Pengertian
Robbins (1996) dalam “Organization
Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi
akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif. Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan
ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan
dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena
konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti
konflik. Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam
persainganbeberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang
mungkin mendapatkannya.
Persaingan tidak sama dengan konflik
namun mudah menjurus ke aarah konflik, terutuma bila ada persaingan yang
menggunakan cara-cara yang bertentengan dengan aturan yang disepakati.
Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak
memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja
tidak berada dalam keadaan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus
dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan
dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi
mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
2.2 Jenis-jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles
Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik
interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan
konflik antar organisasi.Konflik Intrapersonal Konflik intrapersonal adalah
konflikseseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang
sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal
sebagai berikut:
1. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan
peranan-peranan yang bersaing
2. Beraneka macam cara yang berbeda
yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
3. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang
bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan. 4. Terdapatnya baik aspek yang
positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi
seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik
dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan. Ada tiga macam
bentuk konflik intrapersonal yaitu :
1. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya
orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
2. Konflik pendekatan – penghindaran,
contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
3. Konflik penghindaran-penghindaran,
contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan
negatif sekaligus. Konflik Interpersonal Konflik Interpersonal adalah
pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan
atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status,
jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam
ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang
tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok Hal ini seringkali
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa
seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat
mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada. Konflik antara
kelompok dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang
banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi.
Konflik antar lini dan staf, pekerja
dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. Konflik
antara organisasi Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan
negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya
disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah
menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan
servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih
efisien. Konflik adalah proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak
lain secara negatif mempengaruhi, atau akan secara negatif mempengaruhi,
sesuatu yang menjadi keperdulian pihak pertama. 2.3 Transisi Dalam Pemikiran
Konflik- Pandangan Tradisional
Pandangan bahwa semua konflik bersifat
buruk tentu mengemukakan pendekatan sederhana dalam melihat perilaku orang yang
menciptakan konflik. Karena semua konflik harus dihindari, kita hanya perlu
mengarahkan perhatian pada penyebab konflik dan mengoreksi kesalahan fungsi
untuk memperbaiki kinerja kelompok dan organisasi.- Pandangan Hubungan
ManusiaPandangan hubungan manusia menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa
yang wajar dalam semua kelompok dan organisasi.
Karena konflik itu bersifat tidak terelakkan,
aliran hubungan manusia menganjurkan penerimaan konflik. Konflik tak dapat
disingkirkan, dan bahkan ada kalanya konflik bermanfaat bagi kinerja kelompok.-
Pandangan InteraksionisPandangan Interaksionis tentang konflik menyakini bahwa
konflik tidak hanya menjadi kekuatan positif dalam kelompok namun konflik juga
sangat diperlukan agar kelompok berkinerja efektif.
Konflik Fungsional Lawan Disfungsional
1. Konflik Fungsional (Konstruktif)
Adalah konflik yang mendukung sasaran kelompok dan memperbaiki kinerjanya.
2. Konflik Disfungsional (Destruktif)
Adalah konflik yang menghambat kinerja kelompok.Terdapat
3
jenis konflik, yakni sebagai berikut : Konflik Tugas Adalah konflik atas isi
dan sasaran pekerjaan.Konflik Hubungan Adalah konflik berdasarkan hubungan
interpersonal.Konflik Proses Adalah konflik atas cara melakukan pekerjaan.
2.4 Proses Konflik
2.4 Proses Konflik
Terdapat 5 tahap, yakni sebagai
berikut :
Tahap I : Potensi Oposisi atau
KetidakcocokanLangkah pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi
(syarat) yang menciptakan kesempatan untuk kemunculan konflik itu. Kondisi itu
tidak selalu langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi itu perlu
agar konflik itu muncul. Untuk menyederhanakan, kondisi ini (yang juga dapat
dipandang sebagai penyebab atau sumber konflik) telah dipadatkan ke dalam tiga
kategori umum, yakni :
a.KomunikasiKomunikasi dapat juga
menjadi sumber konflik. Komunikasi menyatakan kekuatan-kekuatan berlawanan yang
timbul dari dalam kesulitan semantik,
kesalahpahaman,dan ”kebisingan”dalam salurankomunikasi. Kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan kebisingan saluran komunikasi semuanya merupakan penghalang terhadap komunikasi dan kondisi anteseden yang potensial bagi konflik. Kesulitan semantik timbul sebagai akibat perbedaan pelatihan, persepsi selektif, dan informasi tidak memadai mengenai orang-orang lain. Potensi konflik meningkat bila terdapat terlalu sedikit atau terlalu banyak komunikasi atau informasi. Saluran yang dipilih untuk berkomunikasi dapat berpengaruh merangsang oposisi. Proses penyaringan yang terjadi ketika informasi disampaikan para anggota dan penyimpangan komunikasi dari saluran formal atau yang sudah ditetapkan sebelumnya, menawarkan potensi kesempatan bagi timbulnya konflik.
kesalahpahaman,dan ”kebisingan”dalam salurankomunikasi. Kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan kebisingan saluran komunikasi semuanya merupakan penghalang terhadap komunikasi dan kondisi anteseden yang potensial bagi konflik. Kesulitan semantik timbul sebagai akibat perbedaan pelatihan, persepsi selektif, dan informasi tidak memadai mengenai orang-orang lain. Potensi konflik meningkat bila terdapat terlalu sedikit atau terlalu banyak komunikasi atau informasi. Saluran yang dipilih untuk berkomunikasi dapat berpengaruh merangsang oposisi. Proses penyaringan yang terjadi ketika informasi disampaikan para anggota dan penyimpangan komunikasi dari saluran formal atau yang sudah ditetapkan sebelumnya, menawarkan potensi kesempatan bagi timbulnya konflik.
b.StrukturIstilah struktur mencakup
variabel seperti ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan ke
anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota / sasaran, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antar kelompok. Ukuran
dan spesialisasi bertindak sebagai kekuatan untuk merangsang konflik. Semakin
besar kelompok dan semakin terspesialisasi kegiatannya, semakin besar
kemungkinan terjadinya konflik. Masa kerja dan konflik berbanding terbalik.
Potensi konflik paling besar terjadi pada anggota kelompok yang lebih muda dan
ketika tingkat pengunduran diri tinggi. Ambiguitas jurisdiksi meningkatkan
perselisihan antar-kelompok untuk mendapatkan kendali atas sumber daya dan
teritori. Partisipasi dan konflik sangat berkaitan karena partisipasi mendorong
digalakkannya perbedaan. Sistem imbalan dapat menciptakan konflik apabila apa
yang diterima satu anggota mengorbankan anggota yang lain.
c.Variabel Pribadi Kategori terakhir potensi sumber konflik adalah faktor-faktor pribadi. Faktor pribadi ini mencakup sistem nilai individu setiap orang dan karakteristik kepribadian yang menyebabkan idiosinkrasi dan perbedaan individu. Variabel yang paling terabaikan dalam penelitian konflik sosial adalah perbedaan sistem nilai dimana merupakan sumber yang paling penting yang dapat menciptakan potensi konflik.
c.Variabel Pribadi Kategori terakhir potensi sumber konflik adalah faktor-faktor pribadi. Faktor pribadi ini mencakup sistem nilai individu setiap orang dan karakteristik kepribadian yang menyebabkan idiosinkrasi dan perbedaan individu. Variabel yang paling terabaikan dalam penelitian konflik sosial adalah perbedaan sistem nilai dimana merupakan sumber yang paling penting yang dapat menciptakan potensi konflik.
Tahap II : Kognisi dan
PersonalisasiKonflik yang Dipersepsikan merupakan kesadaran satu pihak atau
lebih atas adanya kondisi yang menciptakan peluang terjadinya konflik. Konflik
yang Dipersepsikan tidak berarti konflik itu dipersonalisasikan. Konflik yang
Dirasakan, apabila individu-individu menjadi terlibat secara emosional dalam
saat konflik, sehingga pihak-pihak mengalami kecemasan, ketegangan, frustasi,
atau kekerasan. Tahap II ini penting karena persoalan konflik cenderung
didefinisikan dan emosi memainkan peran utama dalam membentuk persepsi.
Tahap III : MaksudMaksud merupakan
keputusan untuk bertindak dalam cara teretntu. Maksud Penanganan
Konflik:Persaingan Merupakan keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak
memperdulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tersebut. Kolaborasi Merupakan
situasi yang di dalamnya pihak-pihak yang berkonflik sepenuhnya saling
memuaskan kepentingan semua pihak. Penghindaran Merupakan keinginan menarik
diri dari atau menekan konflik. Akomodasi Merupakan kesediaan satu pihak dalam
konflik untuk memperlakukan kepentingan pesaing di atas kepentingannya sendiri.
Kompromi Merupakan satu situasi yang di dalamnya masing-masing pihak yang
berkonflik bersedia mengorbankan sesuatu.
Tahap IV : PerilakuTahap perilaku
mencakup :Pernyataan. Tindakan. Reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
2.5 Manajemen Konflik
Yaitu Penggunaan teknik-teknik
resolusi dan stimulasi untuk meraih level konflik yang diinginkan. Teknik
Manajemen Konflik Teknik Pemecahan Konflik :
1. Pemecahan Masalah
2. Sasaran atasan
3. Perluasan sumberdaya
4. Penghindaran
5. Penghalusan
6. Kompromi
7. Komando otoritatif
8.Mengubah variabel manusia
9.Mengubah variabel struktur
Teknik Perangsangan Konflik :
1. Komunikasi
2.Memasukkan orang luar
3.Restrukturisasi organisasi
4.Mengangkat oposisi
Tahap V : Hasil
Hasil berupa jalinan aksi-reaksi
antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi.
1. Hasil Fungsional
Konflik bersifat konstruktif apabila
konflik itu memperbaiki kualitas keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi,
mendorong perhatian dan keingintahuan di kalangan anggota kelompok, menjadi
saluran yang merupakan sarana penyampaian masalah dan peredaan ketegangan, dan
memupuk lingkungan evaluasi diri serta perubahan.
2. Hasil Disfungsional
Konsekuensi destruktif konflik pada
kinerja kelompok atau organisasi umumnya sangat dikenal. Oposisi yang tidak
terkendali memunculkan ketidakpuasan, yang bertindak menghilangkan ikatan
bersama, dan pada akhirnya mendoromg ke penghancuran kelompok itu. Konflik dari
ragam disfungsional dapat mengurangi efektifitas kelompok.
2.6 Peranan Konflik
Ada berbagai pandangan mengenai
konflik dalam organisasi. Pandangan tradisional mengatakan bahwa konflik
hanyalah merupakan gejala abnormal yang mempunyai akibat-akibat negatif
sehingga perlu dilenyapkan. Pendapat tradisional ini dapat diuraikan sebagai
berikut : - Konflik hanya merugikan organisasi, karena itu harus dihindarkan
dan ditiadakan. - Konflik ditimbul karena perbedaan kepribadian dan karena
kegagalan dalam kepemimpinan. - Konflik diselesaikan melalui pemisahan fisik
atau dengan intervensi manajemen tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan pandangan
yang lebih maju menganggap bahwa konflik dapat berakibat baik maupun
buruk.Usaha penanganannya harus berupaya untuk menarik hal-hal yang baik dan
mengurangi hal-halyang buruk. Pandangan ini dapat diuraikan sebagai berikut : -
Konflik adalah suatu akibat yang tidak dapat dihindarkan dari interaksi
organisasional dan dapat diatasi dengan mengenali sumber-sumber konflik. -
Konflik pada umumnya adalah hasil dari kemajemukan sistem organisasi - Konflik
diselesaikan dengan cara pengenalan sebab dan pemecahan masalah. Konflik dapat
merupakan kekuatan untuk pengubahan positif di dalam suatu organisasi. Dalam
padangan modern ini konflik sebenarnya dapat memberikan manfaat yang banyak
bagi organisasi. Sebagai contoh pengembangan konflik yang positif dapat
digunakan sebagai ajang adu pendapat, sehingga organisasi bisa memperoleh
pendapat-pendapat yang sudah tersaring. Seorang pimpinan suatu organisasi
pernah menerapkan apa yang disebutnya dengan “mitra tinju” Pada saat ada suatu
kebijakan yang hendak diterapkannya di organisasi yang dipimpinnya ia mencoba
untuk mencari “mitra yang beroposisi dengannya”. Kadang konflik pun terjadi.
Apakah itu menjadi persoalan bagi dirinya ? “Bagi saya hal itu menjadi hal yang
positif, karena saya dapat melihat kebijakan yang dibuat tersebut dari sisi
lain. Saya dapat mengidentifikasi kemungkinan kelemahan yang ada dari situ.
Selama kita masih bisa mentolerir dan dapat mengendalikan konflik tersebut ke
arah yang baik, hal itu tidak menjadi masalah”, ujarnya. Hal ini sejalan dengan
pendapat yang ditulis oleh Robbins (1996) yang membahas konflik dari segi human
relations and interactionist perspective. Dijelaskan bahwa konflik itu adalah
hal yang alamiah dan selalu akan terjadi. Konflik merupakan bagian dari
pengalaman hubungan antar pribadi (interpersonal experience) Karena itu bisa
dihindari maka sebaiknya konflik dikelola dengan efektif, sehingga dapat
bermanfaat dan dapat menciptakan perbedaan serta pembaharuan ke arah yang lebih
baik dalam organisasi. Kesimpulannya konflik tidak selalu merugikan organisasi
selama bisa ditangani dengan baik sehingga dapat : - mengarah ke inovasi dan
perubahan - memberi tenaga kepada orang bertindak - menyumbangkan perlindungan
untuk hal-hal dalam organisasi - merupakan unsur penting dalam analisis sistem
organisasi
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konflik
Dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok
besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam faktor intern dapat
disebutkan beberapa hal :
1. Kemantapan organisasi Organisasi
yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terlibat
konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya dalah seseorang yang matang
mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaannilai dan
lain-lain.
2. Sistem nilai Sistem nilai suatu organisasi
ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasan maksud dan cara berinteraksi
suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
3. Tujuan Tujuan suatu organisasi
dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para anggotanya.
4. Sistem lain dalam organisasi
Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan keputusan,
sisitem imbalan dan lain-lain. Dlam hal sistem komunikasi misalnya ternyata
persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.
Sedangkan faktor ekstern meliputi :
1. Keterbatasan sumber daya Kelangkaan
suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir
menjadi konflik.
2. Kekaburan aturan/norma di
masyarakat Hal ini memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
3. Derajat ketergantungan dengan pihak
lain Semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik
terjadi.
4. Pola interaksi dengan pihak lain
Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai ain sedangkan pola
tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.
2.8 Penanganan Konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita
harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai
konflik. Ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain :
1. Introspeksi diri Bagaiman kita biasanya
menghadapi konflik ? Gaya apa yang biasanya digunakan? Apa saja yang menjadi
dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan sehingga kita dapat
mengukur kekuatan kita.
2. Mengevaluasi pihak-pihak yang
terlibat. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat.
Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana
nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas
terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik
semakin besar jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.
3. Identifikasi sumber konflik Seperti
dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya
dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab
konflik.
4. Mengetahui pilihan penyelesaian
atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat. Spiegel (1994)
menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik
:
a. Berkompetisi Tindakan ini dilakukan jika
kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain.
Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan
keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita
sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-win
solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat
menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan
atasan – bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan
organisasi) di atas kepentingan bawahan.
b. Menghindari konflik Tindakan ini
dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara fisik
ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi.
Situasi menag kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan
jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik
untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang
tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi
stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
c. Akomodasi Yaitu jika kita mengalah dan
mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan
dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self sacrifying behaviour. Hal
ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau
kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan
antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
d. Kompromi Tindakan ini dapat
dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama –sama
penting dan hubungan baik menjadi yang uatama. Masing-masing pihak akan
mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang
(win-win solution) e. Berkolaborasi Menciptakan situasi menang-menag dengan
saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan
konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan
kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita
pertimbangkan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemampuan menangani
konflik tentang terutama yang menduduki jabatan pimpinan. Yang terpenting
adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap
konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi.
Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal,
mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap
positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat
mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya
untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu
manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar